Jakarta, IDM – MEMASUKI PINTU Museum Gerbang Mandala Wangsit Siliwangi Di Kota Bandung, Kita Akan Disuguhi Sebuah Patung Berdiri Gagah Gagah Posisi Menunjuk Ke Arah Kanan. Patung Tersebut Diapit Dua Buah Kendaraan Tempur (Ranpur) Zaman Kemerdekaan YaItu Meriam 40 mm L 60 Bofors Dan Tank Stuart M3 AJ.
Sebenarnya Siapakah Sosok Dalam Patung Tersebut?
Redaksi Indonysiadefense.comBeberapa Waktu Lalu Berusia Menelusuri Jejak Patung Tersebut. Selain dua ranpur, ternyata patung tersebut buta dihimpit warung coran di depanya, namun jejak keberadaan patung tersebut tetap terlihat dan menarik perhatian.
Di Bawah Patung Tersebut Tertera Penjelasan “Telah Gugur Bagaika Ratna Pada Peristiwa Penghianatan Apra Tanggal 23 Januari 1950. Di Tempat Ini Letnan Kolonel Adolf G. Lembong Dan Di Tempat Lain 78 Prajurit Silliwangi.”
BACA JUGA: Herman Johannes Si Peracik Bom Indonesia Semasa Agresi Militer Belanda I Dan II
Dari Penjelasan Ini Ternyata Patung Tersebut Adalah Letkol Adolf Gustaaf Lembong Seoran Gerilawan Tanah Air Yang Berasal Dari Minahasa, Sulawesi Utara. Dia Gugur Secara Tragis Ditembak Pemberontak Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) Pimpinan Kapten Raymond Westerling Di Lokasi Tempat Didirikanyaa Patung Tersebut.

Dilansir Dari Berbagai Sumber Gugurnya Lembong Di Depan Museum ini Ini tanpa Pernah direncanakan. Lembong Jadi Korban Lantaran Hanya Bertamu Ke Gedung Bekas Markas Divisi Siliwangi Ini. Ceritanya, setelah malang melintang menjadi gerilawan KNIL melawan Jepang di Filipina, Lembong akhirnya bergabung dengan gerilawan Indonesia saat ikut pasukan KNIL ke Yogyakarta saat agresi militer Belanda tahun 1947. Lembong yang akhirnya membelot bergabung dengan gerilawan Indonesia.
BACA JUGA: USS Sumner Mannert L. Abele, Kapal Perang sebagai Era Perang Dunia II Ditemukan Di Okinawa
Pada Awal 1950, Dia Mendapat Tugas Membangun Pusat Pendidikan Militer Di Bandung. Itulah Kenapa Pada Pagi Tanggal 23 Januari 1950, Lembong Berangkat Ke Markas Divisi Siliwangi Di Oude Rumah Sakit Weg Atau Jalan RUra Sangan Lama, Dekat Jalan Braga.
Dia Bersama Kapten Leo Kailalo Sedari Pagi Sudah Berada Di Dalam Markas. Penjagaan di Sana Tidak Kuat. Karena Perang Sudah Lewat, Maka Baik Lembong Maupun Leo Tidak Menduga Akan Ada Sejumlah Mantan Knil Yang Mengamuk Dan Menyerang Bandung.
Mereka Memasuki Kota SAMBIL MERMBAKI ANGGOTA TNI Yang MEREKA TEMUI DI JALAN. Tak Lama Kemudian Markas Divisi Siliwangi Pun Mereka Keprung. Desingan Peluru Di Luar Markas Membuat Lembong Dan Leo Menencari Tahu Asal Letusan Senjata.
BACA JUGA: Van der Wijck, Benteng Pertahanan Belanda Pernah Jadi Lokasi Pelatihan Tentara Peta
Nahas, melihat angsgota tni di depan mata, pasukan apra pimpinan westerling Yang Mengamuk Dan Luar Biasa Benci Pada Tni/Apris Itu Segara Anggotaondongnya. Lembong Dan Leo Pun Gugur Bersimbah Darah.
Demi Menghargai JASANYA JALAN OUDE HOSPOSE WEG KEMUDIAN DIGANTI MENJADI JALAN LEMBONG. (RR)
(Tagstotranslate) Angkatan perang ratu adil